SINGAPURA, KOMPAS.com - Untuk pertama kalinya,
jumlah penduduk Asia yang memiliki aset minimal 100 juta dollar AS
lebih besar ketimbang orang kaya di Amerika Utara.
Menurut
laporan Citigroup Inc dan Knight Frank LLP dalam The Wealth Report 2012
yang dipublikasikan Rabu (28/3/2012), hingga akhir tahun 2011, total
kekayaan seluruh jutawan dunia dengan aset di atas 100 juta dollar AS
mencapai 39,9 triliun dollar AS.
Dari jumlah itu, sebanyak
18.000 jutawan dengan aset menganggur sebesar 100 juta dollar AS
berada di Asia Tenggara, China, dan Jepang. Adapun di Amerika Utara,
jumlah jutawan dengan aset setara itu cuma 17.000 orang dan 14.000
orang di Eropa Barat.
Padahal, tahun 2010, jumlah orang kaya
dengan kriteria tersebut mencapai 16.000 jutawan di Asia Tenggara,
China, dan Jepang. Jumlah ini sama dengan jumlah orang kaya di Amerika
Utara. Sedang orang kaya di Eropa Barat sebanyak 13.000 jutawan pada
2010.
James Lawson, Direktur Ledbury Research, dalam laporan itu
mengatakan, jumlah dan konsentrasi jutawan menonjolkan perubahan aliran
kekayaan global. "Tren pada kelas ini tampaknya akan sama dengan
penduduk dengan kekayaan lebih rendah di tahun-tahun mendatang," imbuh
dia.
Kedua perusahaan yang meriset orang kaya ini memperkirakan,
India dan China akan mencatat pertumbuhan jutawan tertinggi hingga
tahun 2016. Citigroup dan Knight Frank memperkirakan, pertumbuhan
jutawan di India sebesar 114 persen dan China 106 persen antara tahun
2011 hingga 2016. Jumlah orang kaya dengan dana menganggur 100 juta
dollar AS di Asia akan naik menjadi 26.000 orang tahun 2016, diikuti
21.000 orang di Amerika Utara, dan 15.000 orang di Eropa Barat.
Seni, wine, & olahraga
Menurut
laporan Citigroup dan Knight Frank, pergeseran kekayaan ke wilayah
timur bakal memicu investasi dalam bentuk karya seni, wine, dan klub
olahraga. Investasi bidang seni di Asia mencapai 32 persen dari total
investasi seni dunia. Nilainya lebih dari 25 juta dollar AS. Investasi
seni seluruh dunia naik 25 persen dibandingkan tahun 2010.
Sedangkan
investasi wine naik 29 persen sepanjang tahun lalu. "Ketika pasar
bergejolak, seni, wine, dan olahraga menjadi investasi yang lebih
mantap dan secara rutin melebihi kinerja indeks misalnya FTSE 100," kata
laporan itu.
Memang, nilai investasi ketiganya bisa turun.
Namun, ketiga investasi alternatif ini masih bisa dinikmati. Jonathan
Binstock, penasihat seni Citi Private Bank di New York, kerap mendengar
kliennya mengungkapkan hal ini. "Bila mereka membelanjakan 5 juta
dollar AS untuk lukisan Picasso, mereka bisa menerima nilainya turun.
Meski turun 20 persen, mereka tahu bahwa mereka punya masterpiece yang
tergantung di dinding rumah mereka," kata Binstock.
Sebelumnya, Forbes melaporkan dari 50 franchise olahraga
paling bernilai, baik sepakbola dan football ala Amerika, banyak yang
merupakan milik keluarga atau individu. Dulu, kepemilikan tim olahraga
lebih karena gengsi. Kini, investor yang punya duit menganggur makin
pintar mengombinasikan kesenangan terhadap olahraga dengan imbal hasil
finansial.
"Masalah akan dimulai ketika keputusan emosional
seperti membayar pemain terlalu mahal. Investasi harus mengikuti
rencana," kata Bradley Rangell, anggota tim Sports Finance and Advisory
di Citi Private Bank. (Wahyu Tri Rahmawati/Kontan)
0 komentar:
Posting Komentar