Turki dan Armenia berusaha memulai hidup yang baru dengan menandatangani pakta perdamaian di Zurich, Swiss yang disaksikan oleh Menlu AS Ny. Clinton, Menlu Rusia, Menlu Perancis, dan Perwakilan Yunani. Kedua belah pihak diwakilkan oleh Menteri Luar Negeri masing-masing yakni Professor Ahmet Davutoglu dari Turki dan Edward Nalbandian dari Armenia.
Penandatanganan Pakta perjanjian ini adalah awal dari pemulihan kedua musuh bebuyutan yang selama berpuluh-puluh tahun bertikai. Tentu dengan penandatanganan tersebut akan ada upaya ke arah perdamaian di wilayah Kaukassia tersebut meski perjanjian tersebut tidak serta merta menghapus permusuhan yang ada selama berpuluh tahun.
Tidak dipungkiri kedua belah pihak masih menyimpan perselisihan mengenai beberapa masalah. Namun beberapa pihak optimis mereka akan menyelesaikan perbedaan antara kedua Negara ini. Selain masalah intern kedua Negara, ada juga Negara yang merasa terganggu dengan proses perdamaian ini yakni Ajerbaijan yang juga merupakan sekutu tradisional dari Turki.
Keuntungan
Tidak dipungkiri baik Turki maupun Armenia akan memperoleh keuntungan baik dari sisi ekonomi maupun sisi non Ekonomi. Hal inilah yang mendorong kedua Negara bermusuhan tersebut maju ke meja perundingan.
Bagi Armenia, pembukaan akses perbatasan Turki-Armenia akan meningkatkan perdagangan dan investasi mereka dengan Negara-negara Timur Tengah. Walau belum ada hitungan secara ekonomis namun Armenia dipastikan akan mendapat keuntungan ekonomi dari pakta perjanjian ini.
Sebaliknya Turki juga akan mendapat manfaat dari perjanjian ini adalah penerimaan keanggotaan UE yang suda mereka perjuangkan selama 50 tahun lebih. Anggota UE selalu mendorong Turki untuk membuka perbatasannya dengan Armenia. Namun penulis sangat meragukan komitmen Eropa untuk menerima Turki sebagai anggotanya sebab sudah beberapa kali janji UE selalu mereka langgar sendiri.
Permasalahan
Meski ada keuntungan yang didapat namun bukan berarti perdamain tersebut tanpa adanya hambatan. Permusuhan yang sudah lama bertahun-tahun membuat kedua negara ini susah untuk menuju perdamaian.
Armenia masih menuduh Turki yang kala itu dibawah pemerintahan kekhalifahan Ottoman (Utsmaniyyah) terlibat dalam pembantaian sekitar satu setengah juta warganya pada kisaran waktu tahun 1915 sampai dengan 1923. Sebaliknya Turki mengelak tuduhan adanya pembataian tersebut. Korban di Armenia disebabkan oleh perang bukannya pembantaian seperti yang dilakukan Israel terhadap bangsa Palestina. Turki memperkirakan jumlah warga Armenia yang terbunuh berkisar sekitar 300.000 sampai 500.000. Itu sebanding dengan jumlah prajurit dan rakyat Turki yang tewas karena invasi Rusia yang bekerja sama dengan Armenia.
Sampai sekarang beberapa pakar independen belum bisa menyimpulkan telah terjadi pembantaian massal terhadap etnis Armenia. Sayangnya Armenia masih besar kepala dengan tuduhan seperti itu. Akhirnya kedua Negara tersebut membentuk komisi penyelidikan independen yang akan menyelidiki tuduhan Armeia tersebut.
Dari pihak Turki sendiri ada keberatan dengan proses perdamaian ini selain tuduhan genosida, Armenia masih menduduki wilayah sengketa Nagorno-Karabakh yang direbut dari Azerbaijan pada perang sekitar tahun 1990-an. Turki merupakan sekutu kental dari Ajerbaizan dan memiliki kesamaan agama dan budaya. Selama ini Turki menutup akses perbatasan Turki dan Armenia demi solidaritas dengan bangsa Azerbaijan sejak tahuun 1993.
Dengan penandatangana pakta , ada kemungkinan Turki akan membuka pintu perbatasannya yang akan membuat Azerbaijan berang. Beberapa tahun lalu, Azerbaijan marah kepada Turki yang berusaha berdamai dengan Armenia. Tidak tanggung-tanggung, Azerbaijan menutup sebuah masjid Turki di Negara tersebut. Kini Ajerbaizan akan mengancam menutup seluruh pipa gas ke Turki yang berarti dapat membuat Turki kekurangan energi dan dapat membuat Turki krisis Energi. Turki bukanlah Negara kaya dengan sumber daya alam seperti Indonesia apalagi Negara-negara Timur Tengah. Turki perlu mengimpor lebih 90 % untuk kebutuhan dalam negerinya saja karena produksinya tidak melebihi 10.000 metric standard cubic feet per hari (MSCFD), Sementara Indonesia memiliki produksi gas 10.000.000.000 MCFD (Wikipedia.org)
Menteri Luar Negeri Azerbaijan sangat menyayangkan langkah Turki yang menandatangani perjanjian sementara pasukan Amenia masih berada di Nagorno-Karabakh. Menlu Azerbaijan juga menambahkan bahwa penandatanganan tersebut kontradiksi dengan kepentingan nasional Azerbaijan.
Sementara itu Pemerintahan PM Erdogan mencoba menenangkan pemerintahan Azerbaijan. Ia berkata awal tahun ini ia tidak akan membuka perbatasan dengan Armenia. Ia akan membuka perbatasan jika Armenia menarik seluruh pasukannya dari wilayah Nagorno-Karabakh. PM yang selalu berpihak kepada Islam ini sekali lagi memeberikan keberfihakannya kepada Islam.
Kini bola tinggal di tangan Armenia. Jika Mereka mau berbesar hati dengan melupakan isu yang tidak ada buktinya serta melepaskan wilayah jajahannya maka perdamaian tersebut akan terwujud. Sebaliknya perdamaian tersebut tidak akan terwujud dengan tuduhan-tuduhan palsu yang dituduhkan kepada Turki.
Efek perdamaian ini juga akan mempengaruhi peta Timur Tengah. Iran khawatir dengan meningkatnya peranan Turki di daerah Kaukassia karena mengancam pengaruh Iran di wilayah Kaukassia dan Arabia. Iran yang sedang gencar-gencarnya mengekspor ideology Syiah mereka ke jazirah Arab akan terhalang oleh Pemerintahan Turki yang rakyatnya adalah mayoritas Sunni.
0 komentar:
Posting Komentar