Ipotnews - Ekonomi Asia,
termasuk China, mempunyai cukup kemampuan untuk mendorong ekonomi dunia
keluar dari resesi jika terjadi resesi ganda secara global.
Menurut Anthony Chan, ahli strategi surat berharga negara Asia dari
AllianceBernstein, negara-negara Asia masih memiliki ruang untuk
menstimulasi ekonominya ketika ekonomi global menyurut sebagaimana
terjadi pada krisis finansial 2008.
"Dari sisi kebijakan moneter, kami pikir bank sentral di kawasan Asia
masih mempunyai ruang untuk memangkas tingkat suku bunga dan
menstimulasi perekonomian mereka karena suku bunga riil masih tinggi,"
kata Chan seperti dikutip cnbc.com. "Saat ini tingkat bunga
riil di luar China berada di kisaran 0,5 hingga 1,2 persen, namun kami
perkirakan tekanan disinflasi terus berlanjut, dan akan mendorong
peningkatan fleksibilitas kebijakan negara-negara di seluruh kawasan,"
imbuhnya.
Menurut perhitungan AllianceBernstein, bunga pinjaman riil berjangka
setahun di China sebesar 3,16 persen. Sedangkan bunga pinjaman riil di
Indonesia 1,25 persen, dan Malaysia 0,95 persen.
Chan mengatakan, beberapa negara Asia, terutama China, Singapura, dan
Korea Selatan, mempunyai kemampuan fiskal sebagaimana halnya stimulus
moneter. "Defisit anggaran China hanya 1 persen terhadap PDB 2011,
sehingga memberikan banyak ruang untuk meluncurkan 'kebijakan fiskal
proaktif' dengan mengacu pada pernyataan Beijing belum lama ini," ujar
Chan.
"Dengan kondisi bahwa China masih menghadapi jalan yang cukup panjang
untuk mencapai tingkat perekonomian yang mapan, kami pikir masih ada
banyak ruang bagi pemerintah untuk meningkatkan permintaan melalui
proyek-proyek besar investasi baru 'jalur cepat' jika diperlukan," Chan
menambahkan.
Kendati demikian Chan mengingatkan bahwa negara-negara China tidak
mempunyai sumber daya fiskal dan moneter sebesar kemampuan mereka selama
krisis 2008. "Sebagian besar ekonomi Asia pada beberapa tahun ini,
memiliki leverage yang lebih tinggi dibanding 2008, dengan kenaikan signifikan pada rasio pinjaman terhadap PDB," katanya.
"Posisi fiskal sebagian besar negara Asia jauh lebih buruk dibanding
sebelum kebangkrutan Lehman Brothers 2008. Hanya Hongkong dan Singapura
yang bisa mengharapkan dapat menikmati surplus anggaran pada 2012."
0 komentar:
Posting Komentar