AKARTA, KOMPAS.com- Pusat Pengembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) yang selama ini bersifat eksklusif
mulai terbuka bagi masuknya industri untuk melakukan kemitraan riset di
kawasan itu.
Untuk itu Puspiptek dikembangkan menjadi kawasan pengembangan iptek
terpadu bernama Indonesia Science and Technopark. Hal ini
disampaikan Menteri Riset dan Teknologi, Gusti Muhammad Hatta, terkait
dengan program revitalisasi pusat riset tersebut untuk mendukung
Masterplan Program Percepatan dan Perluasan Ekonomi Indonesia.
Dalam mengubah Puspiptek menjadi areal yang memungkinkan terjadinya
sinergi antara lembaga riset pemerintah, perguruan tinggi, dan industri,
tim dari Kemenristek telah melakukan studi banding ke Daejeon Korea
Selatan, Hsinchu Taiwan, dan Munchen Jerman.
Technopark di negara tersebut memiliki tiga atau empat komponen
pendukung yaitu akademisi, pebisnis, pemerintah dan komunitas profesi
atau praktisi.
Saat ini Puspiptek telah menjaring lembaga Riset, perguruan tinggi,
dan Pemerintah Daerah. Kekurangannya belum ada kemitraan riset dengan
pihak industri. “Sampai saat ini industri belum tertarik masuk di
Puspiptek, walaupun untuk itu disediakan insentif,” ujar Wisnu Sardjono,
Kepala Puspitek.
Hal ini karena industri umumnya telah memiliki pusat riset sendiri
yang lebih diandalkan. “Bagi perusahaan multinasional, mereka hanya
menempatkan pabrik di Indonesia,” ujar Wisnu.
Selain Puspiptek, menurut Deputi Menristek Bidang Relevansi dan
Produktivitas Iptek Teguh Rahardjo, ada tiga daerah lain yang kini juga
tengah dikembangkan menjadi techopark yaitu Bandung, Cikarang, Solo, dan
Batam.
Seperti juga Puspiptek Serpong, daerah tersebut juga belum memiliki
komponen pendukung yang lengkap. Di Bandung misalnya ada Bandung
Technopark yang belum mendapat dukungan dari Pemda setempat.
Wisnu yang juga Asisten Deputi Menristek bidang Jaringan Penyedia dan
Pengguna Iptek, pengembangan technopark harus berbasis pada keunggulan
yang khas.
Puspiptek misalnya dapat dikembangkan menjadi pusat riset teknologi
informasi dan komunikasi dan bioteknologi. Untuk itu bekerja sama dengan
Kemkominfo, akan didirikan laboratorium uji telekomunikasi yang aka
menjadi rujukan nasional.
Sementara itu Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi yang berada di
bawah koordinasi Kemenristek, juga membantu pemerintah daerah
mengembangkan teknopolitan, kota berbasis teknologi. Sebagai model
teknopolitan dipilih Kabupaten Pelalawan Riau.
Pengembangan teknopolitasn Pelalawan di areal seluas 2.000 hektar,
ujar Husni, akan berbasis kelapa sawit dan gas alam yang menjadi produk
unggulan daerah tersebut.
Selain Pelalawan, teknopolitan akan dibangun di Pekalongan Jawa
Tengah yang berbasis industri batik, Gresik Jawa Timur yang unggul di
bidang keramik dan Anambas Kepulauan Riau untuk perikanan dan wisata
bahari.
Menurut Husni, pembangunan teknopolitan relatif lebih mudah di daerah
yang baru tumbuh. Karena di wilayah tersebut, pelaksanaan tata ruang
dapat dilaksanakan sesuai rencana pengembangannya.
0 komentar:
Posting Komentar