Jumat, 14 Desember 2012

Penembakan SD Sandy Hook, Anak-anak Korban Selamat Ceritakan Adegan Horor

Connecticut - Dengan keji, Adam Lanza menghabisi nyawa 20 anak-anak yang sedang belajar di SD Sandy Hook, Connecticut, Amerika Serikat (AS). Anak-anak lainnya yang berada di sekolah yang sama saat kejadian, pun menjadi saksi mata atas kekejian pemuda berusia 20 tahun tersebut.

Anak-anak yang bersekolah di SD Sandy Hook rata-rata berusia 5-10 tahun. Bagi anak-anak dengan usia tersebut, aksi penembakan semacam itu tentu menimbulkan trauma mendalam.

Seperti dilansir news.com.au, Sabtu (15/12/2012), anak-anak korban selamat menceritakan pengalaman mengerikan mereka. Vanessa Bajraliu yang berusia 9 tahun dan duduk di kelas 4 SD mengaku mendengar suara tembakan dari kelasnya.

"Saya melihat ada polisi - banyak sekali polisi di lorong sekolah dengan membawa senjata. Polisi membawa kami keluar sekolah. Kami diminta saling bergandengan tangan dan menutup mata kami. Kami baru membuka mata ketika sudah ada di luar," tutur Vanessa.

Kakak laki-laki Vanessa, Mergim Bajraliu (17) yang kebetulan bersekolah di SMA Newtown yang tidak jauh dari SD Sandy Hook, juga mengaku mendengar tembakan. Mergim langsung bergegas ke sekolah adiknya dan dia pun melihat seorang siswa perempuan digotong keluar dengan kondisi luka parah. Seorang anak lainnya bahkan berdarah di bagian wajah.

Mergim langsung mencari adiknya dan membawa pulang sang adik dari lokasi.

Alexis Wasik (8) yang duduk di kelas 3 SD, menuturkan polisi memeriksa seluruh orang yang ada di dalam sekolah sebelum membawa mereka keluar. "Kami harus berjalan bersama-sama," terang gadis kecil ini.

Sedangkan Brendan Murray (9) yang juga duduk di kelas 4 SD, mengakui dirinya bersama di ruang olahraga bersama dengan seluruh teman sekelasnya dan sang guru. Dia mengaku mendengar banyak suara tembakan. Menurut Murray, sang guru memasukkan murid-muridnya ke dalam sebuah gudang kecil dan mereka bersembunyi di sana selama 15 sebelum polisi menemukan mereka dan meminta mereka keluar gedung.

"Banyak yang menangis," ucapnya.

Seorang murid laki-laki lainnya menceritakan bagaimana dirinya nyaris terkena peluru sebelum sang guru menariknya ke dalam ruang kelas. "Suaranya seperti orang sedang menendang pintu," ucap si anak menjelaskan suara tembakan yang didengarnya.

Tidak jauh berbeda, seorang murid bernama Sofia Lebinski (8) mengaku sangat ketakutan saat penembakan terjadi. "Semua orang gemetar," tuturnya. Menurut Sofia, begitu suara tembakan terdengar, gurunya yang bernama Martin langsung mengunci ruang kelas dan menelepon polisi.

Di sisi lain, para orangtua murid yang mendengar kabar mengerikan tersebut langsung berbondong-bondong datang ke sekolah. Mereka panik dan khawatir dengan anak-anak mereka yang bersekolah di sekolah tersebut.

Seorang orangtua menceritakan kisah putranya yang berusia 6 tahun, melihat aksi pelaku menembak seorang guru. "Saat itulah ketika putra saya menarik sejumlah temannya dan berlari keluar. Dia sangat berani. Dia bahkan menunggu teman-temannya," ucap Robert Licata.

Menurut Licata, si pelaku tidak mengucapkan sepatah katapun saat beraksi.

Sementara itu, pemandangan tak terduga dilihat oleh seorang murid bernama Philip (10). Menurut sang ibu, Melissa Makris, putranya melihat sesosok tubuh manusia ditutupi selimut ketika dia berusaha lari keluar sekolah.

0 komentar:

Posting Komentar